s-1 pendidikan sejarah
universitas negeri malang 2012
Kecamatan Kunir merupakan sebuah wilayah bagian dari
Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Kunir merupakan kecamatan
yang berada pada sekitar 10 km ke selatan dari Kabupaten Lumajang yang dekat
dengan dengan pantai selatan. Luas wilayah Kecamatan Kunir sekitar 50,18 Km2.
Dengan jumlah penduduk sekitar 48.704
jiwa.
Adapun asal-usul Kecamatan kunir berdasarkan cerita
rakyat yang tumbuh dan hidup di tengah-tengah masyarakat bahwa dasar penamaan Kunir
terhadap wilayah yang sekarang mencapai 50,18m2 tersebut ialah
karena banyaknya tanaman kunir yang dalam bahasa Indonesia berarti “kunyit”.
Tumbuhan kunyit tumbuh dimana-mana. Tanaman ini selain
digunakan sebagai rempah-rempah namun juga bermanfaat dalam pengobatan tradisional
ataupun digunakan sebagai pendingin di kepala bayi. Kunyit yang juga dapat
digunakan sebagai pewarna alam alami untuk membuat nasi kuning membuat
masyarakat dikala itu amatlah suka terhadap kunir/kunyit.
Adapun tempat yang dipercaya sebagai pusat kunyit yang
digunakan sebagai nama kecamatan. Tempat tersebut ialah sungai yang terletak di
sebelah Masjid Kunir dan Masjid itu sendiri. Dahulu Masjid dan sungai yang
terletak di sebelahnya adalah rawa yang tidak dapat diukur kedalamannya hanya
dengan seujung bamboo yang panjang sekalipun. Namun yang menarik disini ialah
meskipun rawa, tanaman kunyit dapat hidup dengan baik.
Tanaman kunyit yang terdapat bukan hanya ratusan bahkan
hampir tidak bisa dihitung karena luasnya area yang terdapat kunyit. Kunyit
yang memiliki banyak manfaat ini menjadi sebuah hal yang dieluh-eluhkan oleh
masyarakat setempat karena dapat digunakan sebagai rempah-rempah, obat, hingga
pewarna makanan yang alami dan tidak membahayakan.
Kunir yang juga merupakan wilayah Indonesia yang tepatnya
berada di Jawa Timur juga tidak luput dari pengaruh penjajahan Belanda. Hal ini
ditunjukkan dengan ditemukannya uang logam atau yang biasa disebut koin yang
bertuliskan nama Belanda. Uang yang ditemukan untuk tahun tertua ialah 1790 dan
yang paling baru untuk tahun yang tertera dalam uang tersebut ialah 1957.
Dimana pada 1957 merupakan saat dimana Indonesia sudah merdeka.
Adapun uang yang ditemukan memiliki nama lokal yang
dinamakan berdasarkan versi masyarakat Kunir. Ada uang yang disebut uang
Mandong yang pada kala itu mempunyai nilai yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebagai perhiasan. Selain itu masyarakat Kunir juga mengenal uang
yang disebut dengan uang Inggris meskipun pada dasarnya uang yang disebut uang
Inggris tersebut adalah uang koin yang dipengaruhi atau dapat dikatakan sebagai
uang dari bangsa Belanda. Hal tersebut mungkin terjadi karena masyarakat Kunir
beranggapan bahwa Belanda menggunakann bahasa Inggris. Ada uang yang disebut
besisi karena nilainya yang rendah.
Uang yang pertama ialah uang koin yang bertuliskan VOC
dengan tahun 1790. Uang ini dimungkinkan digunakan dalam kegiatan jual beli
sehari-hari namun karena tahun yang sudah terlalu lama sulit untuk diketahui
satuannya. Namun masalah uang yang berlaku di Kecamatan Kunir tidak berhenti
disini saja. Di Kecamatan Kunir ini ditemukan uang yang biasa disebut uang
mandong oleh masyaraklat setempat. Uang ini memiliki satuan 5 sen untuk tiap
kepingnya. Adapun aturan satuan yang ada dalam uang yang disebut uang mandong
ini ialah:
a.
1 keping uang mandong memiliki satuan 5
sen,
b.
2 keping uang mandong memiliki satuan 1
ji
c.
3 keping uang mandong memiliki satuan 15
sen
d.
4 keping uang mandong memiliki satuan 2
ji
e.
5 keping uang mandong memiliki satuan setaleh (setali/seikat)
f.
6 keping uang mandong memiliki satuan 3
ji
g.
7 keping uang mandong memiliki satuan 3
ji 5 sen
h.
8 keping uang mandong memiliki satuan 4
ji
i.
9 keping uang mandong memiliki satuan 4
ji 5 sen
j.
10 keping uang mandong memiliki satuan sesokoh(sekaki)
k.
20 keping uang mandong memiliki satuan sejempel (sejampel)
l.
40 keping uang mandong memiliki satuan seliar
m.
50 keping uang mandong memiliki satuan seliar sesokoh (seliar sekaki)
Dahulu
di Kecamtan Kunir, orang yang mempunyai uang sampai seliar sudah dapat dikatakan kaya. Karena seliar diwaktu itu sudah dapat digunakan untuk membeli seekor sapi.
Uang ini berlaku sekitar tahun 1922.
Selain
uang VOC dan uang mandong juga ditemukan
uang yang kurang diketahui namnya. Namun, berdasarkan tulisan yang tertera pada
uang tersebut dapat diidentifikasi bahwa uang tersebut adalah uang yang berasal
dari Belanda. Uang ini memiliki satuan 1 sen setiap kepingnya. Tetapi uang ini
juga dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Budaya Islam. Hal ini dapat dilihat dari
tulisan yang terdapat pada uang tersebut dimana terdapat tulisanyang
menggunakan huruf Jawa dan hurug Hijaiyah. Gaya ini juga ditemukan pada uang
gaya sebelumnya yakni uang mandong bahkan juga ditemukan pada uang selanjutnya
yakni uang Inggris yang berbentuk besar dan kecil. Gaya ini mulai tidak
ditemukan pada uang besisi.
Uang
Inggris yang sebenarnya merupakan uang yang dipengaruhi oleh bangsa Belanda
dibedakan menjadi 2, yakni uang Inggris besar dan kecil. Uang Inggris kecil dan
besar sama-sama bertuliskan tahun 1945. Yang membedakan ialah satuan nilai yang
dikandung di dalamnnya. Uang Inggris kecil memiliki satuan nilai setengah sen
atau biasa disebut seketeng oleh
masyarakat Kunir untuk setiap kepingya. Sedangkan uang Inggris besar setiap
kepinya mengandung satuan nilai dua setengah sen atau sering disebut denga 3
duit. Dengan kata lain, setengah sen sama dengan seduit (1 duit).
Uang
yang selanjutnya ialah uang besisi yang bernilai 50 sen setiap kepingnya sudah
menggunakan nama Indonesia. Tidak seperti uang-uang pada tahun-tahun sebelumnya
yang bertuliskan NEDERLANDSCH INDIE.
Dahulu
uang bisa menjadi tidak berlaku sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Yang menandakan uang tidak berlaku di Kunir dahulu ialah suara
kentongan. Dengan adanya system ini banyak uang zaman dahulu yang tidak berlaku
sehingga pemiliknya menjadi putus asa dan kebanyakan menyimpan atau bahkan membuang
uang-uang tersebut.
Masyarakat Kunir dahulu berprofesi sebagian besar sebagai
petani dan sebagian kecil sebagai pedagang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
ladang di Kunir. Selain ladang yang digunakan sebagai tempat bertani, pasar
yang dulunya juga dianggap sebagai pusat tanaman kunyit. Kini tempat tersebut
menjadi pasar yang merupakan pusat perdagangan di Kecamatan Kunir. Tempat ini
strategis karena merupakan jalur yang jika ditarik lurus akan segaris terhadap
pusat Kabupaten Lumajang. Selain itu, pasar Kunir juga berada di jalan yang
merupakan jalan untuk menuju Kabupaten Jember.
Dulunya kantor kecamatan Kunir berada di sebelah pasar
Kunir, namun pada akhirnya berpindah ke utara SMPN 1 Kunir yang biasa disebut
denga Kecamatan baru. Kantor Kecamatan Kunir sempat berpindah tempat lagi pada
tahun 2009 karena adanya renovasi Kantor Kecamatan baru. Namun pada awal tahun
2012 kantor Kecamatan Kunir kembali ke tempat semula. Tidak diketahui pasti
kapan tahun penamaan Kunir karena minimnya sumber dan data yang merupakan arsip
daerah yang sulit untuk diminta dipublikasikan.
LAMPIRAN GAMBAR
Sungai Kunir
Masjid Besar Al-Falah Kunir
1.4 kantor kecamatan yang lama
makam pahlawan di kunir
uang logam yang pernah ada di kunir