Pages

Jumat, 22 Maret 2013

Asal-usul Kecamatan Kunir

oleh: zainul hasan
s-1 pendidikan sejarah
universitas negeri malang 2012



            Kecamatan Kunir merupakan sebuah wilayah bagian dari Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Kunir merupakan kecamatan yang berada pada sekitar 10 km ke selatan dari Kabupaten Lumajang yang dekat dengan dengan pantai selatan. Luas wilayah Kecamatan Kunir sekitar 50,18 Km2. Dengan jumlah penduduk sekitar  48.704 jiwa.
            Adapun asal-usul Kecamatan kunir berdasarkan cerita rakyat yang tumbuh dan hidup di tengah-tengah masyarakat bahwa dasar penamaan Kunir terhadap wilayah yang sekarang mencapai 50,18m2 tersebut ialah karena banyaknya tanaman kunir yang dalam bahasa Indonesia berarti “kunyit”.
            Tumbuhan kunyit tumbuh dimana-mana. Tanaman ini selain digunakan sebagai rempah-rempah namun juga bermanfaat dalam pengobatan tradisional ataupun digunakan sebagai pendingin di kepala bayi. Kunyit yang juga dapat digunakan sebagai pewarna alam alami untuk membuat nasi kuning membuat masyarakat dikala itu amatlah suka terhadap kunir/kunyit.
            Adapun tempat yang dipercaya sebagai pusat kunyit yang digunakan sebagai nama kecamatan. Tempat tersebut ialah sungai yang terletak di sebelah Masjid Kunir dan Masjid itu sendiri. Dahulu Masjid dan sungai yang terletak di sebelahnya adalah rawa yang tidak dapat diukur kedalamannya hanya dengan seujung bamboo yang panjang sekalipun. Namun yang menarik disini ialah meskipun rawa, tanaman kunyit dapat hidup dengan baik.
            Tanaman kunyit yang terdapat bukan hanya ratusan bahkan hampir tidak bisa dihitung karena luasnya area yang terdapat kunyit. Kunyit yang memiliki banyak manfaat ini menjadi sebuah hal yang dieluh-eluhkan oleh masyarakat setempat karena dapat digunakan sebagai rempah-rempah, obat, hingga pewarna makanan yang alami dan tidak membahayakan.
            Kunir yang juga merupakan wilayah Indonesia yang tepatnya berada di Jawa Timur juga tidak luput dari pengaruh penjajahan Belanda. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya uang logam atau yang biasa disebut koin yang bertuliskan nama Belanda. Uang yang ditemukan untuk tahun tertua ialah 1790 dan yang paling baru untuk tahun yang tertera dalam uang tersebut ialah 1957. Dimana pada 1957 merupakan saat dimana Indonesia sudah merdeka.
            Adapun uang yang ditemukan memiliki nama lokal yang dinamakan berdasarkan versi masyarakat Kunir. Ada uang yang disebut uang Mandong yang pada kala itu mempunyai nilai yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai perhiasan. Selain itu masyarakat Kunir juga mengenal uang yang disebut dengan uang Inggris meskipun pada dasarnya uang yang disebut uang Inggris tersebut adalah uang koin yang dipengaruhi atau dapat dikatakan sebagai uang dari bangsa Belanda. Hal tersebut mungkin terjadi karena masyarakat Kunir beranggapan bahwa Belanda menggunakann bahasa Inggris. Ada uang yang disebut besisi karena nilainya yang rendah.
            Uang yang pertama ialah uang koin yang bertuliskan VOC dengan tahun 1790. Uang ini dimungkinkan digunakan dalam kegiatan jual beli sehari-hari namun karena tahun yang sudah terlalu lama sulit untuk diketahui satuannya. Namun masalah uang yang berlaku di Kecamatan Kunir tidak berhenti disini saja. Di Kecamatan Kunir ini ditemukan uang yang biasa disebut uang mandong oleh masyaraklat setempat. Uang ini memiliki satuan 5 sen untuk tiap kepingnya. Adapun aturan satuan yang ada dalam uang yang disebut uang mandong ini ialah:
a.       1 keping uang mandong memiliki satuan 5 sen,
b.      2 keping uang mandong memiliki satuan 1 ji
c.       3 keping uang mandong memiliki satuan 15 sen
d.      4 keping uang mandong memiliki satuan 2 ji
e.       5 keping uang mandong memiliki satuan setaleh (setali/seikat)
f.       6 keping uang mandong memiliki satuan 3 ji
g.      7 keping uang mandong memiliki satuan 3 ji 5 sen
h.      8 keping uang mandong memiliki satuan 4 ji
i.        9 keping uang mandong memiliki satuan 4 ji 5 sen
j.        10 keping uang mandong memiliki satuan sesokoh(sekaki)
k.      20 keping uang mandong memiliki satuan sejempel (sejampel)
l.        40 keping uang mandong memiliki satuan seliar
m.    50 keping uang mandong memiliki satuan seliar sesokoh (seliar sekaki)
Dahulu di Kecamtan Kunir, orang yang mempunyai uang sampai seliar sudah dapat dikatakan kaya. Karena seliar diwaktu itu sudah dapat digunakan untuk membeli seekor sapi. Uang ini berlaku sekitar tahun 1922.
Selain uang VOC dan uang  mandong juga ditemukan uang yang kurang diketahui namnya. Namun, berdasarkan tulisan yang tertera pada uang tersebut dapat diidentifikasi bahwa uang tersebut adalah uang yang berasal dari Belanda. Uang ini memiliki satuan 1 sen setiap kepingnya. Tetapi uang ini juga dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Budaya Islam. Hal ini dapat dilihat dari tulisan yang terdapat pada uang tersebut dimana terdapat tulisanyang menggunakan huruf Jawa dan hurug Hijaiyah. Gaya ini juga ditemukan pada uang gaya sebelumnya yakni uang mandong bahkan juga ditemukan pada uang selanjutnya yakni uang Inggris yang berbentuk besar dan kecil. Gaya ini mulai tidak ditemukan pada uang besisi.
Uang Inggris yang sebenarnya merupakan uang yang dipengaruhi oleh bangsa Belanda dibedakan menjadi 2, yakni uang Inggris besar dan kecil. Uang Inggris kecil dan besar sama-sama bertuliskan tahun 1945. Yang membedakan ialah satuan nilai yang dikandung di dalamnnya. Uang Inggris kecil memiliki satuan nilai setengah sen atau biasa disebut seketeng oleh masyarakat Kunir untuk setiap kepingya. Sedangkan uang Inggris besar setiap kepinya mengandung satuan nilai dua setengah sen atau sering disebut denga 3 duit. Dengan kata lain, setengah sen sama dengan seduit (1 duit).
Uang yang selanjutnya ialah uang besisi yang bernilai 50 sen setiap kepingnya sudah menggunakan nama Indonesia. Tidak seperti uang-uang pada tahun-tahun sebelumnya yang bertuliskan NEDERLANDSCH INDIE.
Dahulu uang bisa menjadi tidak berlaku sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Yang menandakan uang tidak berlaku di Kunir dahulu ialah suara kentongan. Dengan adanya system ini banyak uang zaman dahulu yang tidak berlaku sehingga pemiliknya menjadi putus asa dan kebanyakan menyimpan atau bahkan membuang uang-uang tersebut.
            Masyarakat Kunir dahulu berprofesi sebagian besar sebagai petani dan sebagian kecil sebagai pedagang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ladang di Kunir. Selain ladang yang digunakan sebagai tempat bertani, pasar yang dulunya juga dianggap sebagai pusat tanaman kunyit. Kini tempat tersebut menjadi pasar yang merupakan pusat perdagangan di Kecamatan Kunir. Tempat ini strategis karena merupakan jalur yang jika ditarik lurus akan segaris terhadap pusat Kabupaten Lumajang. Selain itu, pasar Kunir juga berada di jalan yang merupakan jalan untuk menuju Kabupaten Jember.
            Dulunya kantor kecamatan Kunir berada di sebelah pasar Kunir, namun pada akhirnya berpindah ke utara SMPN 1 Kunir yang biasa disebut denga Kecamatan baru. Kantor Kecamatan Kunir sempat berpindah tempat lagi pada tahun 2009 karena adanya renovasi Kantor Kecamatan baru. Namun pada awal tahun 2012 kantor Kecamatan Kunir kembali ke tempat semula. Tidak diketahui pasti kapan tahun penamaan Kunir karena minimnya sumber dan data yang merupakan arsip daerah yang sulit untuk diminta dipublikasikan.
LAMPIRAN GAMBAR



  Sungai Kunir


Masjid Besar Al-Falah Kunir



 





 1.4 kantor kecamatan yang lama
 
 makam pahlawan di kunir







 kantor baru kecamatan kunir




 uang logam yang pernah ada di kunir













Diberdayakan oleh Blogger.